Pasca
ditandatanganinya perjanjian kerja sama ASEAN Free Trade Area atau AFTA pada
tahun 1992, transaksi antar negara menjadi makin mudah terkhusus di kawasan
Asia Tenggara. Hal ini juga membuat pekerja di luar negeri menjadi lebih mudah
masuk ke negara lain, terlebih Indonesia termasuk tenaga kesehatan. Bagaimana
cara mengatasinya?
Meningkatkan
Kapasitas Ahli Kesehatan di Tanah Air
Berkat
perjanjian kerja sama ASEAN Free Trade Area atau AFTA, sebenarnya makin
mempermudah setiap wilayah di Indonesia mendapatkan apa yang dibutuhkan,
termasuk tenaga kesehatan untuk ditempatkan di daerah-daerah pelosok, termasuk
di wilayah Kalimantan Selatan.
Apalagi,
kebanyakan dokter dan perawat di Indonesia menolak untuk ditugaskan di wilayah
kabupaten yang fasilitasnya belum memadai. Padahal, banyak sarjana kedokteran
dan perawat di luar negeri yang mengganggur, terlebih yang berasal dari
Filifina. Jumlahnya ribuan dan mereka melihat peluang di Indonesia sangatlah
besar.
Hal
ini tentu saja tak bisa dibiarkan. Namun, Indonesia juga tak bisa terus menutup
diri dengan tidak menerima tenaga kesehatan karena masyarakat di lapangan juga
membutuhkannya. Oleh sebab itulah, pemerintah melakukan berbagai cara untuk meningkatkan
kapasitas tenaga ahli kesehatan di Indonesia.
Salah
satunya adalah dengan cara menerapkan sistem baru dalam pendidikan di
Indonesia, yakni pendidikan berbasis kompetensi. Sistem ini sebenarnya sudah
berlaku di semua negara di dunia. Nantinya, dokter yang lulus dari program
pendidikannya akan memiliki kemampuan yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat
dan sesuai dengan kompetensi mereka.
Hal
ini juga disampaikan dalam diskusi Media Forum Merdeka Barat atau FMB9 yang
bertema Terobosan dan Sinergi Layanan Dasar di Kalimantan Selatan yang
dilakukan pada Rabu, 6 Maret 2019 lalu bertempat di Gedung Mahligai Pancasila.
Mereka mengapresiasi adanya AFTA, tapi untuk permasalahan kesehatan, hal itu
adalah pengecualian.
Pemerintah Siapkan Beasiswa Kedokteran
Mereka
yang mendapatkan program Bidik Misi ini akan bisa menempuh pendidikan di
perguruan tinggi pada program studi unggulan hingga lulus tepat waktu.
Setidaknya, di tahun 2019 ini, kursi penerima program ini naik hingga 44% dari
kuota tahun sebelumnya sehingga peluang untuk mendapatkannya jadi lebih besar.
Bidang-bidang
yang disasar pada Bidik Misi ini adalah profesi dokter, dokter gigi, dokter
hewan, perawat dan apoteker, dan mahasiswa difabel. Selain itu, khusus untuk
tahun ini juga menyasar untuk profesi guru. Khusus untuk lulusan terbaik di
Kalsel, ada beasiswa kedokteran yang disiapkan pemerintah.
Beasiswa
ini berupa tabungan sebesar Rp100.000.000,- untuk lulusan berprestasi yang
berasal dari keluarga miskin yang ingin melanjutkan pendidikan ke Fakultas
Kedojteran Universitas Lampung Mangkurat.
Beasiswa
ini adalah wujud nyata bentuk upaya pemerintah dalam meningkatkan sumber daya
manusia yang ada di Kalimantan Selatan. Kehadiran beasiswa ini juga untuk
memastikan kesinambungan antara sektor pendidikan dan kesehatan di Kalimantan
Selatan sehingga komitmen pemerintah dalam menemuhi kebutuhan dasar bisa
terlaksana.
Dalam
diskusi yang dilakukan pada 6 Maret 2019 lalu, selain membahas tentang
ketersediaan tenaga kesehatan di wilayah Kalimantan Selatan, juga membahas
tentang pembangunan puskesmas untuk sarana kesehatan desa, fokus pemerintah
dalam menekan angka stunting pada bayi dan anak, tingkat imunisasi dan
tentu peningkatan kesehatan masyarakat Kalsel.
0 komentar:
Posting Komentar